Desember 08, 2025
A Purpose
September 17, 2025
Loneliness
Beberapa bulan ini terasa semakin melelahkan.
Lebih banyak ke arah kecewanya sih. Dari pekerjaan, relasi dengan teman, relasi dengan yang terkasih, sampai dengan diri aku sendiri. Aku gak bisa memutuskan mana yang menjadi pangkal dari semua rasa tidak menyenangkan ini. Aku coba mengidentifikasi, tapi tidak berhasil. Ternyata konseling itu tidak bisa dilakukan sendiri ya hehe. Aku berniat sih untuk mencari pertolongan, tetapi aku merasa lelah. Aku gak tau apakah ini udah lampu kuning atau malah lampu merah, yang seharusnya udah mendapatkan "perawatan".
Ada hal yang paling menyesakkan. Aku rasa aku udah memberikan 100% usaha dan perhatianku. Tapi, ternyata gayung tidak bersamput, maka airnya yang bludak kemana-mana. Kenyataan pahit, yang sudah berjalan berminggu-minggu, berbulan-bulan, atau bahkan bertahun-tahun. Selama ini aku denial aja merasa kalau itu semua biasa aja dan wajar. Tetapi, semakin diwajarkan, maka semakin tidak masuk akal. Ini udah sampai di titik batas kesabaran aku. Meskipun udah sampai titik batas, tapi aku masih dibaluti dengan rasa kasihan. Rasa kasihan ini yang selalu jadi oknum brengsek yang merepres semua perasaan marah dan kesal. Harusnya gak kaya gitu; Harusnya aku marah; Harusnya aku sembur dengan kata-kata tidak pantas; Harusnya aku hantam sampai lehernya geser, tetapi... Aku kembali ke setting-an default. Menerima dan menganggap hal itu wajar.
Wajar...
Mei 02, 2025
Double Tree
Selamat datang di tahun pohon ganda.
Bukan aku yang baru, aku masih yang sama, hanya semakin matang saja (secara fisik, belum tentu psikisnya). Seperti biasa, menghindari keramaian dengan mengambil cuti karena malas dengan keramaian perayaan ini itu yang sejujurnya kurang berarti.
Gak tau juga sih.
Mungkin banyak kecewanya aja. Selama ini merasa selalu merayakan orang-orang, tapi ternyata aku gak pernah dirayakan balik. Hehe. Agak pamrih, tapi ekpektasi aku gitu kalau liat temen-temen lain: ketika mereka merayakan, mereka dirayakan balik. Ketika aku ga dirayakan, ya mungkin aku harus berhenti merayakan juga, kah?
Memang ga semua orang menganggap aku ini sebegitu berdampak dalam hidup mereka. Padahal aku merasa dulu selalu menganggap setiap orang itu penting. Tapi, mungkin memang kurang. Hanya beberapa yang benar-benar merayakan. Bisa dihitung dengan satu tangan mungkin. Sisanya ada yang merayakan karena melihat orang lain merayakan. Ternyata fisik yang matang, belum diikuti dengan psikis yang matang, yang masih berpikir mata-untuk-mata, padahal kehidupan ga sesimpel itu, kan? Mungkin ekspektasi yang membunuh. Makanya karena merasa tidak sesuai, akhirnya menarik diri. Lebih tenang. Ada rasa marah, sedikit. Tapi, marah buat apa?
"The cake gets smaller, the party quieter--just like the years slipping by, faster and faster."